Kamis, 27 September 2012

makalah


Kata pengantar
Assalamu’alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh
Alhamdulillah,semoga Allah yang maha mulia senantiasa melimpahkan rahmatNya kepada kita,sehingga kita bukan saja akan  menjadi hamba yang mulia tetapi juga di ridhoiNya.Shalawat serta salam teruntuk baginda nabi Muhammad saw,beliaulah panutan kita yang paling benar.
            Atas selesainya penulisan ini,tak lepas dari dukungan berbagai pihak,olehnya itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung,kepada kedua orang tua kami yang senantiasa mendidik kami agar senantiasa menjadi orang yang bertaqwa dan beriman kepada Allah swt,kepada saudara-saudari yang memberi berbagai pelajaran kepada kami,dan terkhusus kepada bapak Yunus taba yang telah membimbing kami dalam penyelesaian penulisan ini.
            Akhirnya,kami menyadari bahwa penulisan ini sangat jauh dari kesempurnaan,olehnya itu kritik dan saran serta komentar sangat kami butuhkan untuk perbaikan penulisan selanjutnya.Jazaakumullah khairan katsira.semoga Allah swt senantiasa meridhoi langkah-langkah kita.Aamiin.
Minallohi musta’an waalaihi tiklan
wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Pinrang, 12 Juni 2012

KELOMPOK IV

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR         ……………………………………………………...             1
DAFTAR ISI  ………………………………………………………………………           2
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………           3
A.    Latar Belakang …………………………………………………………….           3
B.     Rumusan Masalah………………………………………………………….           4
BAB II ISI ………………………………………………………………………….           5
A.    Pengertian Guru …………………………………………………………..            5
B.     Peranan Guru Dalam Pandangan Islam …………………………………           6
C.    Peranan Guru Agama Islam Dalam Pembentukan Karakter Anak .......           7
BAB III PENUTUP  ………………………………………………………………            12 
Kesimpulan ………………………………………………………………..             12
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………             13













PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN  KARAKTER
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru.Secara formal, guru adalah seorang pengajar di sekolah negeri ataupun swasta yang memiliki kemampuan berdasarkan latar belakang pendidikan formal minimal berstatus sarjana, dan telah memiliki ketetapan hukum yang syah sebagai guru berdasarkan undang-undang guru dan dosen yang berlaku di Indonesia.
Dalam wacana yang lebih luas, istilah guru bukan hanya terbatas pada lembaga persekolahan atau lembaga keguruan semata. Istilah guru sering dikaitkan dengan istilah bangsa sehingga menjadi guru bangsa. Istilah guru bangsa muncul ketika sebuah bangsa mengalami kegoncangan struktural dan kultural sehingga hampir-hampir terjerumus dalam kehancuran. Guru Bangsa adalah orang yang dengan keluasan  pengetahuan, keteguhan komitmen dan kebesaran jiwa dan pengaruh serta keteladanannya dapat mencerahkan bangsa dari kegelapan. Guru bangsa dapat lahir dari ulama/agamawan, intelektual, pengusaha pejuang, birokrat dan lain-lain. Pendek kata, dalam istilah guru mengandung nilai,  kedudukan dan peranan  mulia. Karena itu di dunia ini banyak orang yang bekerja sebagai guru, akan tetapi mungkin hanya sedikit yang bisa menjadi guru yaitu yang bisa  digugu dan ditiru.
 Dalam pengembangan karakter peserta didik di sekolah, guru memiliki posisi yang strategis sebagai pelaku utama. Guru merupakan sosok yang bisa digugu dan ditiru atau menjadi idola bagi peserta didik. Guru bisa menjadi sumber inpirasi dan motivasi peserta didiknya. Sikap dan prilaku seorang guru sangat membekas dalam diri siswa, sehingga ucapan, karakter dan kepribadian guru menjadi cermin siswa. Dengan demikian guru memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Tugas-tugas manusiawi itu merupakan transpormasi, identifikasi, dan pengertian tentang diri sendiri, yang harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan yang organis, harmonis, dan dinamis.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana peran guru dalam pandangan islam ?
2.      Bagaiman peranan guru agama islam dalam pembentukan karakter anak ?

C.    Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengetahui peran guru dalam pandangan islam
2.      Untuk mengetahui peran guru agama islam dalam pembentukan karakter anak














BAB II
ISI
A.    Pengertian Guru
Guru  secara harfiahnya adalah “berat” adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Dalam hazanah pemikiran Islam, istilah guru memiliki beberapa istilah seperti “ustadz”, “mu’allim”, “muaddib” ,  “murabbi” dan “mursyid”. Beberapa istilah untuk sebutan “guru” itu berkait dengan beberapa istilah untuk pendidikan yaitu “ta’lim”, ta’dib” dan “tarbiyah” sebagaimana telah dikemukakan terdahulu. Istilah mu’allim lebih menekankan guru sebagai pengajar, penyampai pengetahuan (knowlwdge) dan ilmu (science); istilah mu’addib lebih menekankan guru sebagai pembina moralitas dan akhlak peserta didik dengan keteladanan; dan istilah murabbi lebih menekankan pengembangan dan pemeliharaan baik spek jasmaniah maupun ruhaniah. Sedangkan istilah yang umum dipakai dan memiliki cakupan makna yang luas dan netral adalah ustadz yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan “guru”.
Dalam bahasa Indonesia terdapat  istilah guru, disamping istilah  pengajar dan  pendidik. Dua istilah terakhir  yang merupakan bagian tugas terpenting dari guru yaitu mengajar dan sekaligus mendidik siswanya. Walaupun antara guru dan ustadz pengertiannya sama, namun dalam praktek khususnya di lingkungan sekolah-sekolah Islam,  istilah guru dipakai secara umum, sedangkan istilah ustadz dipakai untuk sebutan guru khusus yaitu yang  memiliki pengetahuan dan pengamalan agama yang “mendalam
Pengertian Guru menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Pengertian Guru menurut Peraturan Pemerintah
Guru adalah jabatan fungsional, yaitu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam suatu organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan keahlian atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.
Pengertian Guru menurut Noor Jamaluddin (1978: 1)
Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri.
B.     Peranan Guru dalam pandangan islam
Dalam mendalami agama islam , peran seorang guru itu adalah mutlak . ilmu agama islam itu sangat luas, sehingga hidup kita ini tidak akan cukup untuk mempelajari agama islam. Dan dalam beribadah kepada Allah, Dia pun sebenarnya tidak menuntut hambanya untuk melakukan semua yang diperintahkan-Nya. Kesulitan kita dalam memilih ibadah mana yang cocok dan diterima oleh Allah adalah hal yang sangat sulit. Kita tidak tahu bahwa ibadah yang kita lakukan telah diterima atau ditolak oleh-Nya. Kebanyakan manusia dalam menjalankan ibadah tidak berdasarkan petunjuk dan bimbingan seorang Guru , sehingga ibadah yang dilakukan akan sia-sia dan mereka kebanyakan akan putus asa . hal ini banyak kita temui di masyarakat , bagaimana orang yang cenderung menyalahkan Allah dan lingkungan atas penderitaan dan kesulitan hidup yang dia alami. Banyaknya orang yang putus asa dan malah lari dari ajaran islam. Dan bagaimana manusia dengan gampangnya bunuh diri dengan berbagai alasan dan cara. Hal ini menunjukkan bahwa mereka dalam menjalankan agama islam tanpa bimbingan seorang guru yang benar dan kuat dalam keyakinan.
Allah menurunkan Al-quran lengkap dengan PeragaNya. Sewaktu Allah menurunkan Al-quran kemuka bumi ini,Allahpun langsung menurunkan PERAGA nya. Dalam hal ini , peraga dalam Al-quran adalah Nabi Muhammad S.A.W. Dan semua tindakan , ucapan,serta petunjuk nabi harus kita ikuti dan itu biasa kita sebut dengan Hadish Nabi. sehingga ada pendapat dari sebagian ulama bahwa nabi Muhammad S.A.W adalah Al-quran berjalan. Dan di jaman sekarangpun sebenarnya peraga itu tetap ada yaitu Guru yang benar atau biasa di sebut guru Khusus atau biasa juga disebut dengan guru yang mursyid. Guru khusus ini bisa seorang kyai, tapi juga bisa datang dari orang ‘biasa’ yang tidak kita duga-duga.
Persoalan kita sekarang , dalam menjalani islam kita sangat sulit mencari Peraga tersebut, dia tersembunyi dan tidak memperlihatkan diri seperti halnya para Nabi. Sehingga kita lihat saat ini, bagaimana umat islam binggung mana kyai atau ustadz atau orang yang bisa dijadikan peraga dalam menjalankan ibadah kepada Allah. Ada kyai atau ustadz yang awal kemunculannya sangat kita kagumi dan kita ikuti petunjuknya, tapi dalam perjalannya kita malah bosan dan meninggalkan dia , karena ucapan yang begitu banyak keluar dari mulutnya, tapi bukannya menenangkan hati tapi malah membuat hati gelisah. Belum lagi prilaku dan tindakannya tidak sesuai dengan ucapan yang dia keluarkan. Tapi yakinlah PERAGA itu ada dan carilah terus…., maka anda akan menemuinya. Dan begitu anda menemuinya ikutilah ajarannya , walaupun nanti ajarannya itu akan bertentangan tapi itulah obat buat hati anda yang gelisah.

C.    Peran Guru Agama Islam Dalam Pembentukan Karakter
Salah satu hak peserta didik adalah untuk mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang sama. Memperhatikan hak anak didik dalam satuan pendidikan maka seorang guru diwajibkan untuk mendidik anak dengan baik sesuai ajaran agama dan norma norma yang berlaku didalam masyarakat dan anak diwajibkan untuk memahami dan memperdalam ilmu agama. Pendidikan agama adalah suatu proses pembinaan dan pengajaran yang dilaksanakan dalam segala segi, yang dapat membimbing dan mengarahkan seseorang menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berpegang teguh terhadap ajaran agama Allah, yaitu agama Islam. Melihat realita yang terjadi dalam masyarakat, bahwa saat ini perilaku anak sudah tidak sesuai dengan nilai-nilai agama, moral dan nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakat. Padahal maju atau mundurnya suatu bangsa sangat tergantung bagaimana bangsa itu memperlakukan atau mendidik anak-anaknya. Oleh karena itu guru harus berperan aktif dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter anak maka secara tidak langsung tujuan pendidikan nasional akan terwujud. Adapun peran guru agama Islam dalam pembentukan karakter anak yaitu sebagai berikut:
1.      Berperilaku sesuai ajaran agama Guru agama Islam dalam mendidik anak didik mengharapkan agar anak didiknya dapat berahlak mulia dalam pergaulan baik dilingkungan sekolah, ataupun diluar sekolah. Oleh karena itu para pendidik perlu memperdalam pencapaian dan peningkatkan bentuk penghayatan mereka terhadap ajaran Islam. Sehingga guru tidak hanya mentransfer ilmunya tapi guru juga harus mendidik anak agar berperilaku sesuai yang ditetapkan dalam ajaran agama Islam.
2.      Memahami anak Guru dalam membimbing ataupun memberikan pemahaman tentang Islam kepada anak, selayaknya dapat memahami tingkat kemampuan setiap anak didiknya karena setiap anak memiliki sifat dan kemampuan yang berbeda untuk memahami pelajaran, sehingga ada kesulitan pada anak didik untuk memahami apa yang disampaikan oleh guru serta anak didik mampu mengamalkan dari apa yang disampaikan.
3.      Mengikuti perkembangan anak didik Guru adalah tenaga pengajar, akan tetapi terkadang guru lupa akan kewajibannya dan tidak jarang guru mengajarkan perilaku yang baik kepada anak tapi tidak diikuti dengan bimbingan penuh serta perhatian kepada anak baik ketika anak tersebut berada dilingkungan sekolah ataupun diluar lingkungan sekolah.
4.      Berperan aktif dalam memberikan bimbingan dan nasihat Untuk membentuk karakter anak, maka guru agama harus lebih mengetahui fungsinya dalam memberikan bimbingan ataupun nasihat kepada anak didiknya dalam berperilaku. Sehingga anak terkontrol dalam bergaul dengan sesama temannya terlebih kepada orang tua dan guru, selain itu pula anak dapat menfilter terhadap pengaruh negative yang akan merusak akhlak bahkan mengubah pola berfikir anak kedepannya. Selain itu pula bahwa guru selaku pembimbing tidak henti-hentinya mengarahkan dan memperbaiki perilaku anak yang tidak sesuai dengan nilai-nilai keagaaman dan sudah menjadi kebiasaan, walaupun sangat sulit untuk merubah kebiasaan buruk anak, tapi guru memaksimalkan perananya dalam membentuk karakter sehingga anak tersebut mencerminkan sifat kemandirian, mampu meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Memperhatikan peran guru dalam membentuk karakter anak yang telah dikemukakan sebelumnya, maka guru harus berusaha menjadi guru ideal, di samping menjadi contoh moralitas yang baik, diharapkan guru memiliki wawasan keilmuan dan pengetahuan yang luas sehingga materi yang disampaikan dalam hal ini Pendidikan Agama Islam dapat ditinjau dari berbagai disiplin keilmuan yang lain. Memahami psikologi anak didik sangat diperlukan pula. Belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah bagi anak didik bukan saja belajar tentang yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan (halal dan haram), tetapi mereka belajar adanya pilihan nilai yang sesuai dengan perkembangan anak didik, dari hasil itu, guru dapat memaksimalkan diri untuk berfikir strategi agar anak didik mengamalkan nilai-nilai keagamaan. Guru dalam mentransfer nilai tidak hanya diberikan dalam bentuk ceramah, tetapi bagaimana guru berkreasi dalam memberikan strategi pembelajaran kepada anak didik, sehingga suasana belajar tidak monoton dan anak didik terasa menyenangkan dan tidak bosan dengan suasana belajar. Guru Pendidikan Agama Islam diharapkan mengikuti perkembangan metode pembelajaran mutakhir untuk menggunakan media teknologi informasi dalam pembelajarannya demi untuk memberikan yang terbaik kepada anak didik kedepannya. Selain itu pula bahwa dalam memberikan materi kepada anak harus memahami tingkat kemampuan setiap siswanya karena setiap anak memiliki sifat dan kemampuan yang berbeda untuk memahami pelajaran, sehingga terkadang ada beberapa siswa kesulitan untuk memahami apa yang diajarkan dan disampaikan oleh guru.
Mengamati yang telah dikemukakan sebelumnya, maka sangat jelas bahwa didikan guru terhadap anak sangat penting dalam pembentukan karakter, Perilaku guru berpengaruh terhadap perilaku anak, baik berupa perkataan ataupun perbuatan, karena guru sebagai contoh teladan terhadap anak didik. Anak tidak akan mungkin berperilaku yang baik apabila gurunya berperilaku buruk, jadi ada ketergantungan dan timbal balik antara anak didik dan guru. Sebelum memberikan contoh yang baik kepada siswa, maka terlebih dahulu guru mengamalkan apa yang diajarkan.
 Allah SWT berfirman :
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”.( QS. Ash – Shaff : 1-2)
Sungguh ironis jika guru mengajarkan nilai-nilai keagamaan mengenai bagaimana berperilaku yang baik, akan tetapi justru guru tersebut mencerminkan perilaku buruk. Pendidikan agama mutlak bagi seluruh lingkungan sekolah, karena memberikan pemahaman dalam pembinaan sikap mental dan kepribadian anak didik. Oleh karena itu Guru pendidikan Agama Islam berperan penting dalam pembentukan karater anak. Sebab guru pendidikan agama Islam bertanggung jawab dalam menentukan pembinaan sikap anak-anak, karena bidang studi agama Islam banyak membahas tentang pembinaan sikap, yaitu mengenai aqidah dan akhlakul karimah. Oleh karena itu guru agama perlu mendapatkan perhatian khusus baik dari lembaga pemerintah ataupun dari lembaga non pemerintah. Alangkah idealnya, jika guru mengimbangi antara teori dan kenyataan-kenyataan yang sering terjadi dalam kehidupan anak dalam mengajarkan bagaimana berperilaku baik dalam lingkungan keluarga, sekolah ataupun dalam lingkungan masyarakat, sehingga anak-anak bisa menjadikan sebagai pelajaran berharga. Disamping itu peran guru agama mesti ditonjolkan dengan tetap mengingatkan kepada anak untuk selalu menunjukkan sikap saling menghormati, saling menghargai antar sesama umat beragama, dan toleransi beragama ketika bergaul dengan sesamanya. Maka Secara tidak langsung anak akan lebih mendekatkan diri kepada Allah swt. Dengan demikian ada perasaan bagi anak untuk mengevaluasi diri dari perilaku buruk yang dilakukan sebelumnya.
Guru pendidikan agama Islam dalam mentransferkan ilmunya kepada anak didik, juga berusaha untuk memberikan didikan secara efektif serta mendorong anak didik untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh. Selain itu pula guru tersebut harus tegas dalam membimbing anak kejalan yang benar dan anak yang melakukan kesalahan mesti dijatuhkan teguran dan hukuman, agar timbul kedisiplinan dalam diri, namun hukuman yang diberikan kepada anak bersifat mendidik dan tidak mempengaruhi mental dan jiwa dari anak tersebut. Anak tidak boleh terlalu dimanja, karena anak yang dimanjakan berarti meningkatkan kepercayaan bahwa dia selalu mendapatkan apa yang diinginkan, oleh karena itu guru dan orang tua serta masyarakat berusaha bagaimana anak itu bisa hidup dengan penuh kemandirian. Selain itu pula fungsi guru sebagai pendidik, pengasuh dan pembimbing tetap dipertahankan, karena terkadang guru lengah dengan tanggung jawabnya. Oleh karena itu sikap agresif seorang guru dalam mengontrol anak didik perlu ditingkatkan baik terhadap tindakan yang akan dilakukan ataupun ketika anak tersebut bergaul.
Sebagaimana Rasulullah saw bersabda:
“Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk adalah umpama seorang yang menjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi jika memberimu sedikit, kamu membelinya, siapapun mendekatinya akan tercium minyak wangi. Adapun pandai besi, dia bisa memercikapi yang membakar pakaianmu atau engkau akan mencium yang tidak sedap darinya.” (HR. bukhari dan Muslim)
Pemikiran anak terhadap hal-hal baru dalam kehidupan masih terbatas, karena anak belum mengenal jati dirinya sebagai manusia yang punya masa depan, oleh karena itu anak yang masih memerlukan bimbingan, kasih sayang, dan perhatian baik dari orang tua maupun dari guru. Orang tua dan guru mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam mendidik anak, terdapat sedikit perbedaan bahwa ruang geraknya orang tua dalam mendidik anak lebih luas dibanding dengan guru. Anak yang tidak mendapatkan kasih sayang maka anak cenderung untuk berbuat semaunya dan akan mengenal kebebasan. Inilah yang akan merusak mental anak didik. Oleh karena itu guru harus peka dengan perkembangan anak didiknya, dan terus memberikan pemahaman mengenai nilai agama sehingga perwujudannya dirasakan secara konkret dalam masyarakat.
Pendidikan keagamaan berfungsi dalam mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli agama. Pendidikan keagamaan dapat diberikan kepada anak baik formal ataupun informal. Guru sering kali lalai dalam menerapkan pendidikan informal, guru hanya fokus pada pendidikan formal saja. Padahal pendidikan informal keagamaan merupakan pendidikan penunjang dalam proses pembentukan karakter anak karena akan terus mengingatkan setiap kali melakukan perbuatan yang tercela karena masa-masa seperti ini anak belum mengenal dirinya. Namun kesemuanya itu tidak akan efektif tanpa ada kerjasama yang baik dari berbagai pihak, baik guru, maupun dimasyarakat, terlebih orang tua dari anak itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.                            Dalam mendalami agama islam , peran seorang guru itu adalah mutlak . ilmu agama islam itu sangat luas, sehingga hidup kita ini tidak akan cukup untuk mempelajari agama islam. Dan dalam beribadah kepada Allah, Dia pun sebenarnya tidak menuntut hambanya untuk melakukan semua yang diperintahkan-Nya. Kesulitan kita dalam memilih ibadah mana yang cocok dan diterima oleh Allah adalah hal yang sangat sulit. Kita tidak tahu bahwa ibadah yang kita lakukan telah diterima atau ditolak oleh-Nya. Kebanyakan manusia dalam menjalankan ibadah tidak berdasarkan petunjuk dan bimbingan seorang Guru , sehingga ibadah yang dilakukan akan sia-sia dan mereka kebanyakan akan putus asa.
2.                            Peran guru agama Islam dalam membentuk karakter anak adalah : Berperilaku sesuai ajaran agama, Berperan aktif dalam memberikan bimbingan dan nasihat Untuk membentuk karakter anak, Mengikuti perkembangan anak didik, Memahami ana, Guru dalam membimbing ataupun memberikan pemahaman tentang Islam kepada anak.



DAFTAR PUSTAKA
AL-QURANUL KARIIM
Anonimous, 2000
Ahmad Tafsir, 2001,Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan Siswa Melalui Mata Pelajaran Umum, Gema PWKGA Edisi April 2001 : 1 - 5.
Bahan Dasar Peningkatan Wawasan Keagamaan (Islam) Guru Bukan Pendidikan Agama SLTP dan SMA, Depdiknas Dirjen Dikdasmen Bagian Proyek Peningkatan Wawasan Keagamaan Guru, Jakarta.
Jamal Ma’mur Asmani, 2010, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, Yogyakarta : Penerbit Diva Press.
Kemendiknas, 2010, Draf Pedoman Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Jakarta : Kemendiknas.
Kemendiknas, 2010, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Pedoman Sekolah, Jakarta : Kemendiknas.

Google.Com
Wikipedia.Com

belajar buat proposal


STUDI PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI RA UMDI BUA-BUA II KEL. SIPATOKKONG KEC. WATANG SAWITTO
DDI.gif
PROPOSAL INI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SYARAT DALAM MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN
Oleh :
NAMA : Nur Hidayah M
NIMKO : 8072109062
DOSEN PEMBIMBING :  1. DR.Mardia Said,M.Pd
2. Muh. Yunus Tabah,S.Ag,S.Pd,M.Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM STAI DDI PINRANG TAHUN 2012

A.      Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Karena pada hakikatnya pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu untuk membudayakan manusia. Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan masyarakat, namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh setiap bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan kegiatan pendidikan tersebut. Dengan demikian selain bersifat universal pendidikan juga bersifat nasional. Sifat nasionalnya akan mewarnai penyelenggaraan pendidikan itu.

Life long education, kalimat yang sering kita kenal sejak dulu sampai sekarang yang artinya “pendidikan sepanjang hayat”, dalam ajaran agamapun juga di sebutkan “tuntutlah ilmu mulai dari ayunan sampai ke liang lahat”. Semua itu menjelaskan bahwa pendidikan menjadi kebutuhan pokok bagi manusia.

Pentingnya pendidikan tidak hanya untuk disuarakan dan disiarkan melalui kalimat dan jargon, namun perlu langkah nyata dalam kehidupan. Kita realisasi keberadaan anasir-anasir pendukung terhadap tercapainya suatu tuntutan terhadap pentingnya pendidikan. Kebijakan-kibajakan dalam sistem pendidikan harus memenuhi unsur aktualisasi dan berdaya guna. Konsep pendidikan sepanjang hayat menjadi panduan dalam meninggikan harkat dan martabat manusia. Anak-anak bangsa ini tidak boleh tertinggal dengan bangsa lainnya di dunia. Oleh karena itu, pendidikan sejak dini harus ditanamkan kepada mereka.
Kemajuan pendidikan di masa depan sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan anak usia dini (PAUD). Karena itu, kalau ingin mengubah wajah pendidikan Indonesia ke depan yang harus ditangani lebih dahulu adalah anak-anak usia dini. Sebab, pendidikan anak usia dini adalah basis pendidikan pertama dan basis pendidikan yang utama.[1]
Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya pendidikan anak usia dini (PAUD).
 Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. PAUD adalah pendidikan yang cukup penting dan bahkan menjadi landasan kuat untuk mewujudkan generasi yang cerdas dan kuat. PAUD merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendididikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya piker, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Karena pada manusia lahir, kelengkapan organisasi otak yang memuat 100-200 milyar sel otak siap dikembangkan serta diaktualisasikan untuk mencapai tingkat perkembangan potensi tinggi.
Periode sensitif perkembangan otak manusia terjadi pada interval umur 3-10 bulan. Para ahli menemukan bahwa perkembangan otak manusia mencapai kapasitas 50% pada masa usia dini. Pata ahli menyebut usia dini sebagai usia emas atau golden age. Anak-anak Iindonesia tidak hanya mengenal pendidikan saat masuk Sekolah Dasar, tetapi lebih dulu dibina di PAUD. Sebagaimana tertulis pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisitem Pendidikan Nasional pasal 28 yang menjelaskan bahwa Pendidikan Usia Dini (PAUD) diselenggarakan melalui 3 jalur yaitu: pertama, jalur pendidkan formal berbentuk taman kanak-kanak  (TK), Raudhatul Athfal (RA) atau bnetuk lain yang sederajat; kedua, jalur pendidikan non formal berbentuk kelompok bermain (KB), Taman Penitipan anak (TPA) atau bentuk lain yang sederajat; ketiga, jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendididkan yang diselenggarakan oleh lingkungan PAUD berfungsi membina, menumbuhkan dan mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan perkembangannya.[2]
Salah satu jalur terselenggaranya PAUD adalah jalur pendidikan non formal. PAUD jalur non formal adalah pendidikan yang melaksanakan program pembelajaran  secara pleksibel sebagai upaya pembinaan dan pengembangan anak sejak lahir sampai berusia 6 tahun yang dilaksanakan melalui Taman Penitipan anak, kelompok bermain dan bentuk lain yang sederajat. Penyelenggaraan PAUD non formal memiliki manfaat yang tidak sedikit, salah satunya adalah memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk memberikan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani sera mengembangkan bakat-bakatnya secara optimal. Selain itu juga memberikan bimbingan yang seksama agar anak-anak memiliki sifat-sifat, nilai-nilai dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Oleh karena itu usaha untuk mendorong bentuk PAUD non formal terus menerus jadi perhatian kita semua khususnya pemerintah. Karena sampai saat sekarang ini rancanagan peraturan pemerintanh tentang PAUD yang mengatur pendidikan usia dini, ternyata belum terlaksana dengan baik. Salah satu indikator yang menentukan tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia adalah Human Development Indeks (HDI). Berdasarkan HDI kualitas sumber daya manusia masih di Indonesia masih tergolong tebdah, dimana pada tahun 2005 Indonesia berada pada urutan ke-109 dari 174 negara sebagai responden. Sedangkan Negara ASEAN lainnya seperti Singapura berada pada peringkat 22, Brunai Darussalam peringkat 25, Malaysia peringkat 56, Thailand peringkat 67 dan Filipina peringkat 77.[3]
Berdasarkan kenyataan tersebut perlu adanya upaya-upaya cerdas dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dapat dimulai diusia dini, karena usia dini merupakan periode awal dari perkembangan setiap individu, dengan demikian pendidikan yang diterimanya merupakan penndidikan awal yang akan mendasari pendidikan selanjutnya. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas SDM bagi anak usia dini adalah dengan menawarkan program-program diluar program yang umumnya dijalankan, denga cara yang tepat dan sesuai dengan perkembangan anak. Paling utama dengan cara bermain baik melalui nyanyian, drama, maupun rekreasi. Tidak ada paksaan untuk mengikuti salah satu kegiatan. Namun, factor ekonomi adalah salah satu yang menjadi penyebab terhambatnya pendidikan. Pendidikan yang murah merupakan salah satu cara agar pendidikan usia dini cepat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

“Apa perbedaan anak-anak yang belajar di lembaga pendidikan usia dini berkualitas dengan anak-anak yang tidak belajar? "Di lembaga pendidikan anak usia dini yang bagus, anak-anak akan belajar menjadi pribadi yang mandiri, kuat bersosialisasi, percaya diri, punya rasa ingin tahu yang besar, bisa mengambil ide, mengembangkan ide, pergi ke sekolah lain dan siap belajar, cepat beradaptasi, dan semangat untuk belajar. Sementara, anak yang tidak mendapat pendidikan cukup di usia dini, akan lamban menerima sesuatu," terang Byrnes yang pernah mendapat gelar Woman of the Year dari Vitasoy di Australia saat seminar kecil di acara Giggle Playgroup Day 2011, gelaran Miniapolis & Giggle Management, Jumat, 11 Februari 2011 lalu. "Anak yang tidak mendapat pendidikan usia dini yang tepat, akan seperti mobil yang tidak bensinnya tiris. Anak-anak yang berpendidikan usia dini tepat memiliki bensin penuh, mesinnya akan langsung jalan begitu ia ada di tempat baru. Sementara anak yang tidak berpendidikan usia dini akan kesulitan memulai mesinnya, jadi lamban. Menurut saya, pendidikan anak sudah bisa dimulai sejak ia 18 bulan," tutup Byrnes.[4]
Berdasarkan pemikiran dan pernyataan tersebut di atas, penulis memandang bahwa peningkatan mutu pendidikan  PAUD  sangat perlu. Berangkat dari pemikiran inilah penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang peningkatan mutu pendidikan anak usia dini di RA UMDI BUA-BUA II. Karena RA tersebut adalah salah satu RA yang ada di kota Pinrang.

B.       Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah , maka kami rumuskan masalah yang akan menjadi focus penelitian pada penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1.         Bagaimana mutu PAUD di RA UMDI BUA-BUA II ?
2.         Bagaimana upaya peningkatan mutu PAUD di RA UMDI BUA-BUA II ?

C.      Tujuan dan kegunaan penelitian

1.         Tujuan penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitia kami adalah :
a.     Untuk mengetahui mutu PAUD di RA UMDI BUA-BUA II
b.    Untuk mengetahui upaya peningkatan mutu PAUD di RA UMDI BUA-BUA II


2.         Kegunaan penelitian

a.        Kegunaan ilmiah
1)        Dengan penelitian ini, akan menambah pengetahuan dan pengalaman memeliti khususnya yang berkenaan dengan masalah pendidikan.
2)        Sebagai langkah terapan dari ilmu yang peneliti dapatkan dari bangku kuliah, sehingga dapat menjadi masukan dalam menyelesaikan skripsi.
b.        Kegunaan praktis
1)        Bagi kepala sekolah
Agar lebih meningkatkan kinerjanya dalan peningkatan mutu pendidikan di sekolahnya
2)        Bagi guru-guru
Agar lebih meningkatkan profesionalismenya dalam proses pembelajaran
3)        Bagi siswa
Agar kualitas sumber daya manusianya lebih meningkat untuk masa depan bangsa
c.         Kegunaan teoritis
Sebagai Salah satu syarat untuk memeperoleh gelar sarjana pendidikan islam.
D.      Kajian teori

1.         Konsep dasar Paud
a.    Definisi Paud
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, pasal 1, butir 14 dinyatakan bahwa “Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan ruhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.[5]

Sedangkan pada pasal 28 tentang pendidikan anak usia dini dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal.[6]

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.  (Adalilla S ; 2010)

PAUD merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kecerdasan, daya pikir, daya cipta, emosi, spiritual, berbahasa/komunikasi,dan sosial(Hasan; 2009).

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan melibatkan seluruh anak mencakup kepedulian akan perkembangan fisik, kognitif, dan social anak. Pembelajaran diorganisasikan sesuai dengan minat-minat dan gaya belajar anak (Santrock; 2007)

b.   Tujuan Paud
Secara umum, tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pendidikan anak pun bisa dimaknai sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa dibingkai dalam pendidikan, pembinaan terpadu, maupun pendampingan.

c.    Fungsi Paud
Fungsi pendidikan anak usia dini secara umum adalah :
1)      Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak
2)       Mengenalkan anak pada dunia sekitar
3)       Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik
4)      Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi
5)      Mengembangkan keterampilan, kreativitas, dan kemampuan yang dimiliki anak
6)      Menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan selanjutnya.

2.         Pentingnya Paud dalam ajaran Islam

Kegiatan  mendidik  adalah proses  pembiasan hal-hal yang baik kepada peserta didik melalui contoh konkrit  yang  terpadu dalam kehidupan keseharian.  Proses  tersebut  sebagai upaya mempersiapkan peserta didik agar menjadi dirinya sendiri yang mampu hidup dinamis pada zamanya kelak, sehingga nantinya akan bermanfaat  bagi seluruh umat manusia  (Syaykh  Al-Tnytun).
Pemerintah sekarang ini  terus memasyarakatkan  kepada  seluruh warganegara  tentang pentingnya  pelaksanaan program peningkatan  pcndidikan bagi anak-anak  usia dini. Walaupun di masyarakat  masih  terdapat para orangtua yang kurang memperhatikan hal  tersebut,  namun ajaran  Islam sangat memperhatikan  pendidikan anak usia dini. Cobalah perhatikan,sewaktu  ibu hamil, dianjurkan  kepada  ibu untuk  rajin melakukan  ibadah mahdoh,  membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an, serta berprilaku  yang baik,karena  semuanya itu akan berpengaruh  pada sifat dan prilaku anak yang akan  lahir nanti.
Ketika anaknya  lahir, sebagian  umat Islam mengalunkan  adzan  dan qomat  ditelinga  kanan dan kiri sang bayi dengan harapan pada  qalbu bayi  itu tertanam makna-makna yang  terkandung pada adzan dan qomat itu. Setelah bayi itu menjadi  anak-anak, Ibu mengajari  anaknyayang masih  berusia  dini membaca  ayat suci Al-Qur’an, selepas maghrib,Ayahpun mengajarinya  tatacara sholat, lalu mengajak  anaknya  sholat berjamaah baik di rumah maupun  di masjid  agar setelah dewasa  terbiasa melaksanakannya.
Dengan demikian ,bagi umat  Islam pendidikan  terhadap  anak-anakusia dini bukanlah hal yang aneh, tetapi  biasa dilaksanakan dari generasi kegenarasi.  Sebagai inisal, seorang  ulama terkenal  Imam Syafei yang lahir tahun 774M /150  H di Gaza Palestina, sejak kecil sudah yatim. Pada usia 2 tahun  ia dibawa  ibunya kepada seorang  guru di Mekah untuk dididik.Hasilnya, dalam usia  tahun beliau sudah hafalAl-Qur’an  dengan  bacaan yang  fasih pula. Demikian ditulis dalam kitab “Al-Arobiyah  Ii Al-Naasyiin”  .[7]
Ibu  Imam Syafei sudah mengerti tentang arti pentingnya  pendidikanyang diberikan kepada  anaknya  pada usia dini. Kesadaran  itu tumbuh pada diri sang ibu karena memang  Islam memerintahkan bagi umatnya untuk mencari  ilmu sepanjang  masa,  sesuai hadits  “Carilah ilmu sejak dalam buaian sampai masuk ke  liang  lahat”.
Dengan bekal ilmu yang  diraih pada  usia dini, Imam Syafei menjadiorang yang  tekun dalam mencari dan mengembangkan  ilmu, serta rajinmembaca dan menulis. Salah satu karangannya  adalah  kitab Al-Um yangditulisnya dalam tujuh  jilid. Kitab yang berisi  pandangan-pandangannyadalam  berbagai  permasalahan  agama  Islam  itu, sekarang  tersebar diseluruhdunia  Islam. Beliau  terkenal sehingga ajaran yang dikembangkannya  punmenjadi salah  satu mazhab  yang diikuti banyak  orang diberbagai  belahanbumi termasuk  di Indonesia.[8]
Allah SWT berfirman: “ Dan Allah mengeluarkankamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,  danDia memberi kamu pendengaran  penglihatan  dan had, agarkamu bersyukur,” (QS Al-Nahl ayat78).[9]

E.       METODOLOGI PENELITIAN

1.    Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini,peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif.karena data dan informasi yang peneliti kumpulkan lebih banyak bersifat keterangan-keterangan atau penjelasan bukan berbentuk angka. Menurut Bodgan dan taylor(Margono 2005:36) penelitian kualitatif adalah proses penelitian yang menghasilkan data deskriftif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut Margono,ada beberapa ciri-ciri penelitian kualitatif,yaitu :
§  Lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung
§  Manusia merupakan alat
§  Analisis data dilakukan secara induktif
§  Penelitian bersifat deskriftif analitik
§  Tekanan penelitian berada pada proses
§  Pembatasan penelitian berdasarkan fokus
§  Perencanaan bersifat lentur danterbuka
§  Hasil penelitian merupakan kesepakatan bersama
§  Pembentukan teori berasal dari data
§  Pendekatan penelitian menggunakan metode kualitatif
§  Penelitian bersifat menyeluruh
§  Tekhnik sampling bersifat posposive
§  Makna sebagai perhatian utama penelitian
2.    Pengumpulan data
3.    Instrumen dan lokasi penelitian
a.  Instrument penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
§  Lembar observasi
Lembar observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh observer yang terlibat dalam proses pelaksanaan tindakan, Yaitu Pedoman observasi kegiatan untuk siswa, Observasi kegiatan siswa bertujuan untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang digunakan untuk mengukur ranah afektif dan psikomotorik siswa.
§  Tes
Pemberian tes dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar siswa. Tes hasil belajar ini digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif.
§  Lembar Pengamatan
Lembar pengamatan ini dibuat untuk mencatat kejadian-kejadian yang berkaitan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
§  Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mendukung proses pembelajaran. Dalam penelitian ini dokumentasi yang digunakan adalah foto-foto pada saat kegiatan pembelajaran. Foto-foto tersebut merupakan gambaran suasana yang sedang terjadi di kelas pada waktu proses pembelajaran.

b.    Lokasi penelitian
Lokasi yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah RA UMDI Bua-Bua II. Sekolah ini terletak di Bua-Bua II kelurahan sipatokkong kecamatan watang sawitto kabupaten Pinrang. Dipilihnya sekolah ini sebagai tempat penelitian dikarenakan beberapa alasan. Pertama, sekolah ini masih memerlukan peningkatan kualitas pembelajaran. Kedua, sekolah ini terbuka dan mendorong sepenuhnya terhadap sagala upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Ketiga, kepala sekolah serta guru-guru di sekolah ini bersikap terbuka dan antusias terhadap inovasi pendidikan.

4.    Analisis data

Analisis data adalah mengelompokkan membuat suatu urutan,memenipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca. (Muh.Nazir :1983:358)
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif kualitatif.

F.       KOMPOSISI BAB

Bab I Pendahuluan
A.    Latar belakang masalah
B.     Rumusan masalah
C.     Tujuan dan kegunaan penelitian
D.    Kajian teori
E.     Sistematika penulisan
F.      Komposisi bab
Bab II Metodologi penelitian
A.    Jenis penelitian
B.     Metode penelitian
C.     Instrumen penelitian
D.    Analisis dan pengelolaan data
Bab III Hasil penenlitian dan pembahasan
A.    Gambaran umum objek penelitian
B.     Hasil penelitian
C.     Pertanyaan penelitian
Bab IV Penutup
A.    Kesimpulan
B.     Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA


G.      SISTEMATIKA PENULISAN

Pada Bab I berisi latar belakang masalah,rumusan masalah,tujuan dan kegunaan penelitian, kajian teori, sistematika penulisan serta komposisi bab.

Pada Bab II dengan metodologi penelitian berisi dengan jenis penelitian,metode penelitian, instrument penelitian, serta analisis dan pengolaan data.

Selanjutnya pada Bab III berisi tentang gambaran umum objek penelitian, hasil penelitian dan pertanyaan penelitian.

Kemudian pada Bab IV sekaligus Bab terakhir berisi dengan kesimpulan dan saran-saran

Pada lembaran terakhir berisi dengan daftar pustaka yang mana di dalamnya berisi tentang buku-buku serta sumber lain yang dijadikan rujukan dan referensi bagi untuk penulisan ini.




DAFTAR PUSTAKA

Adallila, S. 2010. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini. http://sadidadallila.wordpress.com (diakses 17 Mei 2011)
Ahmad, Rofiq. 2008. Perkembangan Menurut DDST II. http://rofiqahmadwordpress.com (diakses 18 Mei 2011)
Arikunto. S, 2003. Prosuder Penelitian. Rineka: Jakarta
Ashshiddiqi Hasbi,dkk.1971.Alqur’an Dan Terjemahnya:Jakarta
Aspi, J. 2010. Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia dan Target Capaian PAUD. http://www.tunasbangsaku-tk/. (diakses 9 Mei 2011)
Benyamin, S. 2010. Penelitian Profesor Bloom Pendidikan Anak Usia Dini. PustakaNila: Jakarta
Dirjen PNFI. 2009. Depdiknas Siapkan Standarisasi PAUD. http://www.aspijatim.blogspot.com (diakses 9 Mei 2011)
Fakhruddin, A.U. 2010. Sukses menjadi Guru TK-PAUD. Bening. Yogyakarta
Hasan, M. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Diva Press. Yogyakarta
Hasan, Iqbal. 2010. Analisa Data Penelitian Dengan Statistik. Bumi Aksara: Bandung
Iqbal, Nila. 2010. Pendidikan Anak Usia Dini. http://belajar-membaca.com/pendidikan-anak-usia-dini/ (diakses 26 Juli 2011)
Kharimaturrohmah. 2009. Laporan UNESCO Mengenai Pendidikan Untuk Semua. http://www.fpaudi.org/index. (diakses 17 Mei 2011)



[1]http/www.pnfi.depdiknas.go.id/publikasi/read/paud-tentukan-kualitas-pendidikan-di-masa-depan//html.30 juli 2009
[2] http//www.aspijatim.bogspot.com/dirjen.pnfi/depdiknas-siapkan-standarisasi-paud/9 mei 2011
[3]ibid
[4]http//www.harian.kompas.com//html
[5]http/tunasbangsaku.com/adalilla/pendidikan-anak-usia-dini-di-indonesia-dan-target-pencapaian//html.17 mei 2011
[6] ibid
[7] http/www.google.com/paud-dalam-ajaran-islam/posted by paudgrobogan on 24 april 2010
[8] ibid
[9] Hasbi ashshiddiqi,dkk,Alqur’an dan terjemahnya (cet.1 Jakarta:1971) hal.413