BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Metode pembelajaran mempunyai
nilai strategis, karena metode merupakan alat atau fasilitas untuk
menghantarkan bahan pelajaran mencapai tujuan. Oleh karena itu, bahan pelajaran
yang disampaikan tanpa memperhatikan metode pembelajaran justru akan
mempersulit guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Hasil belajar siswa atau prestasi
belajar siswa akan diperoleh setelah siswa menempuh proses atau pengalaman
pembelajarannya. Pengalaman belajar merupakan suatu proses kegiatan belajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Proses kegiatan belajar mengajar sangat
dipengaruhi oleh alternatif metode yang digunakan guru.
Wina Senjaya (2008), mengemukakan
bahwa metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata, dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya: ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi,
laboratorium, pengalaman lapangan, brainstorming, debat, symposium, dan
sebagainya.
Dyah Rahayu Widiarni, dalam
makalah Perencanaan Sistem Pengajaran mengemukakan 31 metode pembelajaran
sebagai berikut: kerja kelompok, penemuan (discovery), unit teaching, micro
teaching, inquiry, penampilan, diskusi, ceramah, demonstrasi, tanya jawab,
studi mandiri, pembelajaran terprogram, tugas dan resitasi, latihan, latihan
bersama teman, simulasi, pemecahan masalah, studi kasus, insiden, praktikum,
proyek, bermain berperan, seminar, symposium, sosiodrama, tutorial, deduktif,
induktif, karyawisata, eksperimen, dan bercerita.
Metode pembelajaran yang kita gunakan
dalam kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan keperluan dan situasi yang
sedang berlangsung, guru dapat menggunakan metode mengajar secara bervariasi
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan sebelumnya.
Pemilihan metode pembelajaran harus mempertimbangkan pengembangan kemampuan
siswa, tujuan pembelajaran, materi pelajaran, dan waktu yang tersedia.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah pembelajaran
terprogram,studi kasus,dan insiden itu ?
2.
Apa sajakah kelebihan dan kekurangan
pembelajaran tersebut ?
C.
Tujuan
penulisan
1.
Untuk mengetahui pembelajaran
terprogram,studi kasus dan insiden
2.
Untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan pembelajaran tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Metode
Pembelajaran Terprogram
1.
Pengertian
Pembelajaran yang terprogram merupakan
salah satu dari beberapa metode pembelajaran yang disajikan oleh guru untuk
mencapai suatu tujuan khusus dalam pembelajaran. Pembelajaran terprogram
biasanya dapat diterima baik oleh guru maupun oleh siswa. Materi terprogram
digunakan untuk menghasilkan peningkatan capaian individu siswa pada semua
tingkatan kemampuan siswa baik yang berkemampuan tinggi, sedang maupun rendah.
Ciri-ciri pembelajaran terprogram
adalah :
·
Pembelajaran
terprogram melibatkan penyajian materi yang terkontrol dengan langkah-langkah
pengurutan pelajaran yang direncanakan secara cermat.
·
Siswa
secara aktif dapat berpartisipasi dengan merespon pelajaran secara terus-
menerus.
·
Siswa
dapat melihat apakah setiap responnya yang diberikannya betul atau salah.
·
Setiap
siswa mengalami kemajuan dengan sendiri-sendiri.
Material yang dilibatkan terlebih
dahulu dirancang agar dapat digunakan secara mandiri, walaupun para siswa
bekerja dalam situasi kelompok.
Materi yang terprogram dirancang
secara khusus untuk beberapa jenis pembelajaran dalam bentuk teks yang
terprogram atau program-program khusus yang digunakan dalam mesin-mesin
mengajar. Materi ini direncanakan dalam unit-unit yang disebut dengan
kerangka-kerangka. Setiap kerangka menyediakan sejumlah kecil informasi bagi
siswa. Informasi yang disajikan melalui serangkaian kerangka tadi berada dalam
sebuah urutan logika yang memandu siswa dari apa yang telah diketahuinya kepada
pengetahuan yang baru. Pada saat siswa yang sedang mempelajari materi yang
terprogram, mereka diharuskan berpartisipasi melalui pemberian respon secara
aktif pada setiap kerangka.[1]
2.
Penggunaan pembelajaran terprogram
Pembelajaran terprogram seharusnya digunakan di dalam kelas
sebagai metoda yang afektif dan efisien dalam pencapaian tujuan belajar. Dalam
menentukan metoda pembelajaran yang mana yang paling efektif, maka kita harus
mempertimbangkan karakteristik siswa, sasaran dari pelajaran atau unit, materi
pelajaran yang dibahas, waktu yang tersedia dan biaya yang dipertimbangkan dari
berbagai jenis metode pembelajaran.
Hal ini bukanlah sebuah keputusan yang mudah. Ini dapat
didemonstrasikan dalam pembelajaran yang terprogram yang dapat digunakan pada
sebahagian besar materi pengajaran. Siswa juga dapat diajarkan informasi yang
bersifat kognitif seperti defenisi begitu pula dengan keterampilan psikomotor
seperti penggunaan berbagai alat-alat tukang. Bagaimanapun pembelajaran yang
terprogram akan sangat efektif jika digunakan pengajaran materi kognitif.
Materi terprogram biasanya digunakan pada setting pendidikan
formal seperti di dalam kelas dan di laboratorium atau dapat juga di dalam
setting informal seperti di rumah siswa. Pada setting formal, pembelajaran
terprogram dapat digunakan sebagai dasar metode belajar atau dapat juga
digunakan dengan metode pembelajaran yang lain seperti diskusi dan demonstrasi.
Penggunaan materi terprogram memungkinkan kita untuk mengganti pemberian salah
satu materi dalam panduan, menganalisa hasil belajar dan perkuliahan siswa.
Siswa dalam setting formal biasanya mempunyai seorang guru
yang bersedia untuk membantu siswa dalam meninjau ulang materi pelajaran yang
telah selesai diajarkan atau mempersiapkan materi yang akan diajarkan. Materi
terprogram dapat menjadi “tutor” privat dalam meninjau ulang tujuan atau
memperkenalkan mata pelajaran penting dalam sebuah materi. Materi terprogram
ini juga digunakan dalam memperbaiki tugas-tugas bagi siswa yang membutuhkan
bantuan ekstra atau untuk mengakselerasikan siswa yang berkualitas tinggi.[2]
Disini dapat dilihat bahwa materi terprogram akan mungkin
menjadi efektif jika :
·
Menyajikan
sebuah unit pelajaran bagi siswa di dalam kelas.
·
Melengkapi
pembelajaran siswa yang punya kesulitan atau untuk siswa akselerasi.
·
Menyajikan
materi yang “ketinggalan” bagi siswa yang terlambat masuk atau yang absen.
·
Menyajikan
sebuah pengertian penawaran “materi pelajaran tambahan” atau tugas untuk di
rumah.
·
Memotivasi
siswa khususnya dalam minat, kemampuan belajar melalui pemahaman ini.
3.
Kelebihan dan kekurangan metode
pembelajaran terprogram
a.
Kelebihan
· Program dapat berjalan sendiri,
sehingga memungkinkan bagi setiap siswa untuk terus maju melalui urutan
kerangka yang sesuai dengan kecepatan siswa masing-masing.
· Guru dibebaskan dari rutinitas dan
penguasaan latihan tugas-tugas dalam aktifitas kreatif dan interpersonal guru
dengan siswanya.
· Program dapat digunakan untuk
mengajarkan berbagai keterampilan.
· Materi terprogram adalah sangat
efisien sehingga hal yang bertele-tele harus dihilangkan, dan hanya informasi
yang penting dalam mencapai tujuan yang diutamakan.
· Informasi yang disajikan diatur dan
diurutkan secara individual.
· Program berdasarkan pada teori-teori
yang dapat diterima oleh para pendidik dan para psikolog.
· Penguasaan materi, siswa, suatu
orientasi dan motivasi dapat mempelajari secara bebas baik dalam setting
pendidikan formal maupun non formal.
· Guru tunggal dapat memantau dan
membantu siswa secara individual yang sedang mengerjakan berbagai program dalam
beberapa waktu.
· Belajar lebih berkualitas bagi semua
siswa karena kemajuan secara individu terkontrol dengan baik.
· Kesalahan rata-rata relative rendah
karena sebahagian besar materi terprogram adalah sebuah alat motivasional yang
berguna khususnya bagi siswa yang lambat.
b.
Kekurangan
· Materi dalam pembelajaran terprogram
tidak dapat dipakai oleh guru apabila tidak dilatih atau fasilitas pendidikan
atau fasilitas yang baik.
· Program tidak dapat memecahkan
masalah pendidikan karena ruangan kelas yang terlalu padat dalam pembelajaran
terprogram.
· Program tidak dapat digunakan dengan
sukses dalam ruang kelas kalau masih ada gab antara guru dengan siswa.
· Pembelajaran yang efektif tidak
dapat diberikan kecuali jika materi dipersiapkan dan diuji dengan baik.
· Beberapa orang siswa akan menjadi
bosan setelah bekerja dengan materi terprogram selama jangka waktu yang
relative lama.
· Masalah administrative seperti
penjadwalan mungkin akan timbul ketika siswa menggunakan materi terprogram dan
menyelesaikan pada waktu yang berbeda dari yang telah dijadwalkan dalam
pelatihan pengurutan seperti sebuah pengaruh kelompok.
· Pendidik yang menggunakan materi
terprogram dalam seting belajar harus dilatih dalam menggunakan materi dan
dalam manajemen kelas.
· Pemilihan materi yang berkualitas
yang akan sesuai dengan kurikulum adalah pekerjaan yang sukar.
· Biaya-biaya yang dilibatkan dalam
memperoleh materi terprogram, penyiapan guru untuk menyiapkan materi dan untuk
mengevaluasi materi.
· Jumlah program berkualitas yang
disajikan sangat terbatas dalam beberapa wilayah dan isi yang meliputi wilayah
program terbatas pada pendidikan kejuruan.
B.
Metode pembelajaran studi kasus
Studi kasus
pertama kali diperkenalkan oleh Harvard Business School. Pada 1920-an, Harvard
pun menahbiskan studi kasus sebagai metode pembelajaran di sekolah bergengsi
tersebut.
Metode ini
mengajarkan mahasiswa berpikir induktif dengan meneliti kasus per kasus, untuk
kemudian menarik kesimpulan dan membuat teori atas kasus-kasus tersebut.
"Studi
kasus menjadi solusi atas kelemahan metode kuliah klasikal yang umumnya
deduktif dan hanya mengajarkan teori secara abstrak. Akibatnya, ketika di dunia
nyata, mahasiswa kesulitan menerapkan teori yang paling tepat untuk
menyelesaikan masalahnya," papar Hadi.[3]
Kekuatan dan Kelemahan Studi Kasus
1.
Kelebihan
a.
Fleksibilitas.
Pendekatan
studi kasus biasanya lebih fleksibel karena disainnya memang ditujukan untuk
mengeksplorasi suatu permasalahan. Berbeda dengan pendekatan yang didisain
dengan keinginan untuk menguji suatu teori atau hipotesa, dengan sifat
eksploratif studi kasus, memungkinkan si peneliti untuk lebih fleksibel
menyesuaikan arah penelitiannya sesuai dengan perkembangan kegiatan
penelitiannya. Tambahan pula, karena formatnya yang lebih longkar, hal ini
memungkinkan peneliti untuk memulai penelitiannya dengan issu-issu atau
pertanyaan umum kemudian mengerucut kepada persoalan-persoalan khusus bersamaan
dengan perjalanan pelaksanaan penelitiannya itu sendiri.
b.
Penekanan
pada pemahaman konteks.
Usaha
mencari tahu melalui studi kasus pendalaman pemahaman mengenai persoalan atau
kelompok orang tertentu. Ini mengarahkan pada terkumpulkanya informasi yang
rinci atau detail tentang persoalan atau kelompok orang yang menjadi focus
kajian. Luaran dari studi seperti ini adalah apa yang disebut thick description
yakni deskripsi mendalam tentang suatu persoalan atau kelompok orang dan segala
konteks terkait permasalahan atau kelompok orang tersebut.
2.
kelemahan
a. Studi kasus seringkali dipandang
kurang ilmiah atau pseudo-scientific karena pengukurannya bersifat subjectif
atau tidak bisa dikuantifisir. Dalam hal ini, kritik ini juga mempertanyakan
validitas dari hasil penelitian studi kasus.
b. Karena masalah interpretasi
subjektif pada pengumpulan dan analisa data studi kasus, maka mengerjakan
pekerjaan ini relative lebih sulit dari penelitian kuantitatif.
c. Masalah generalisasi. Karena skupa
penelitian baik issu maupun jumlah orang yang menjadi target kajian studi kasus
sangat kecil, kemampuan generalisasi dari temuan pada studi kasus adalah
rendah.
d. Karena lebih bersifat deskriftif,
studi kasus juga dianggap kurang memberi sumbangan pada persoalan-persoalan
praktis mengatasi suatu masalah.
e. Biaya penyelenggaraan yang relative
mahal. Karena kedalaman ibformasi yang digali pada studi kasus, maka luangan
waktu dan fikiran untuk mengerjakan studi kasus jauh lebih banyak daripada
studi dengan skala yang besar, tetapi hanya melingkupi data yang terbatas.
Untuk hal ini, sebagian orang menganggap bahwa studi kasus lebih mahal dari
pada penelitian-penelitian kuantitatif.
f. Karena fleksibilitas disain studi
kasus, ini memungkinkan peneliti untuk beralih focus studi ke rah yang tidak
seharusnya. [4]
C.
Metode Pembelajaran
Insiden
Kelebihan metode ini adalah :
1.
Bentuk
metode yang menitik beratkan kepada aktifitas siswa untk dapat brfikir aktif
dan dinamis dalam menghadapi permasalahan terhadap tugas yang diberikan oleh
guru.
2.
Siswa
belajar menyusun dan mendalami permasalahan lebih dahulu sebelum dicari
pemecahannya,/jwbanx agar guru agar mempersiapkan jawabannya.[5]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Pembelajaran
yang terprogram merupakan salah satu dari beberapa metode pembelajaran yang
disajikan oleh guru untuk mencapai suatu tujuan khusus dalam pembelajaran. Metode
ini mengajarkan mahasiswa berpikir induktif dengan meneliti kasus per kasus,
untuk kemudian menarik kesimpulan dan membuat teori atas kasus-kasus tersebut.
2.
Salah
satu kelebihan pembelajaran terprogram adalah program dapat digunakan untuk
mengajarkan berbagai keterampilan sedangkan salah satu kelemahannya adalah
Pembelajaran yang efektif tidak dapat diberikan kecuali jika materi
dipersiapkan dan diuji dengan baik, salah satu kelebihan pembelajaran studi
kasus adalah fleksibilitas sedangkan salah satu kelemahannya adalah Masalah generalisasi.
Karena skupa penelitian baik issu maupun jumlah orang yang menjadi target
kajian studi kasus sangat kecil, kemampuan generalisasi dari temuan pada studi
kasus adalah rendah, dan adapun salah satu kelebihan pembelajaran insiden
adalah Bentuk metode yang menitik beratkan kepada
aktifitas siswa untk dapat brfikir aktif dan dinamis dalam menghadapi
permasalahan terhadap tugas yang diberikan oleh guru.
DAFTAR PUSTAKA
Gulo ,W . 2002 . Strategi Belajar Mengajar . Jakarta :
Grasindo.
Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara
Karo – Karo, Ulihbukit . 1981 .Metodologi Pengajaran.Salatiga:CV
Saudara.
N.K. Roestiyah. 1991 . Strategi Belajar Mengajar . Jakarta :
Rineka Cipta
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media
Prenada
Yamin, Martinis.2003.Metode Pembelajaran
yang Berhasil. Jakarta:Sasana Mitra Suksesa.