Rabu, 17 Oktober 2012

Makalah aplikasi metode pembelajaran terprogram


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Metode pembelajaran mempunyai nilai strategis, karena metode merupakan alat atau fasilitas untuk menghantarkan bahan pelajaran mencapai tujuan. Oleh karena itu, bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan metode pembelajaran justru akan mempersulit guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Hasil belajar siswa atau prestasi belajar siswa akan diperoleh setelah siswa menempuh proses atau pengalaman pembelajarannya. Pengalaman belajar merupakan suatu proses kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Proses kegiatan belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh alternatif metode yang digunakan guru.
Wina Senjaya (2008), mengemukakan bahwa metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata, dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi, laboratorium, pengalaman lapangan, brainstorming, debat, symposium, dan sebagainya.
Dyah Rahayu Widiarni, dalam makalah Perencanaan Sistem Pengajaran mengemukakan 31 metode pembelajaran sebagai berikut: kerja kelompok, penemuan (discovery), unit teaching, micro teaching, inquiry, penampilan, diskusi, ceramah, demonstrasi, tanya jawab, studi mandiri, pembelajaran terprogram, tugas dan resitasi, latihan, latihan bersama teman, simulasi, pemecahan masalah, studi kasus, insiden, praktikum, proyek, bermain berperan, seminar, symposium, sosiodrama, tutorial, deduktif, induktif, karyawisata, eksperimen, dan bercerita.
Metode pembelajaran yang kita gunakan dalam kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan keperluan dan situasi yang sedang berlangsung, guru dapat menggunakan metode mengajar secara bervariasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan sebelumnya. Pemilihan metode pembelajaran harus mempertimbangkan pengembangan kemampuan siswa, tujuan pembelajaran, materi pelajaran, dan waktu yang tersedia.

B.       Rumusan Masalah
1.         Bagaimanakah pembelajaran terprogram,studi kasus,dan insiden itu ?
2.         Apa sajakah kelebihan dan kekurangan pembelajaran tersebut ?
C.      Tujuan penulisan
1.         Untuk mengetahui pembelajaran terprogram,studi kasus dan insiden
2.         Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran tersebut


BAB II
PEMBAHASAN
A.      Metode Pembelajaran Terprogram
1.         Pengertian
Pembelajaran yang terprogram merupakan salah satu dari beberapa metode pembelajaran yang disajikan oleh guru untuk mencapai suatu tujuan khusus dalam pembelajaran. Pembelajaran terprogram biasanya dapat diterima baik oleh guru maupun oleh siswa. Materi terprogram digunakan untuk menghasilkan peningkatan capaian individu siswa pada semua tingkatan kemampuan siswa baik yang berkemampuan tinggi, sedang maupun rendah.

Ciri-ciri pembelajaran terprogram adalah :
·         Pembelajaran terprogram melibatkan penyajian materi yang terkontrol dengan langkah-langkah pengurutan pelajaran yang direncanakan secara cermat.
·         Siswa secara aktif dapat berpartisipasi dengan merespon pelajaran secara terus- menerus.
·         Siswa dapat melihat apakah setiap responnya yang diberikannya betul atau salah.
·         Setiap siswa mengalami kemajuan dengan sendiri-sendiri.

Material yang dilibatkan terlebih dahulu dirancang agar dapat digunakan secara mandiri, walaupun para siswa bekerja dalam situasi kelompok.
Materi yang terprogram dirancang secara khusus untuk beberapa jenis pembelajaran dalam bentuk teks yang terprogram atau program-program khusus yang digunakan dalam mesin-mesin mengajar. Materi ini direncanakan dalam unit-unit yang disebut dengan kerangka-kerangka. Setiap kerangka menyediakan sejumlah kecil informasi bagi siswa. Informasi yang disajikan melalui serangkaian kerangka tadi berada dalam sebuah urutan logika yang memandu siswa dari apa yang telah diketahuinya kepada pengetahuan yang baru. Pada saat siswa yang sedang mempelajari materi yang terprogram, mereka diharuskan berpartisipasi melalui pemberian respon secara aktif pada setiap kerangka.[1]

2.         Penggunaan pembelajaran terprogram
Pembelajaran terprogram seharusnya digunakan di dalam kelas sebagai metoda yang afektif dan efisien dalam pencapaian tujuan belajar. Dalam menentukan metoda pembelajaran yang mana yang paling efektif, maka kita harus mempertimbangkan karakteristik siswa, sasaran dari pelajaran atau unit, materi pelajaran yang dibahas, waktu yang tersedia dan biaya yang dipertimbangkan dari berbagai jenis metode pembelajaran.
Hal ini bukanlah sebuah keputusan yang mudah. Ini dapat didemonstrasikan dalam pembelajaran yang terprogram yang dapat digunakan pada sebahagian besar materi pengajaran. Siswa juga dapat diajarkan informasi yang bersifat kognitif seperti defenisi begitu pula dengan keterampilan psikomotor seperti penggunaan berbagai alat-alat tukang. Bagaimanapun pembelajaran yang terprogram akan sangat efektif jika digunakan pengajaran materi kognitif.
Materi terprogram biasanya digunakan pada setting pendidikan formal seperti di dalam kelas dan di laboratorium atau dapat juga di dalam setting informal seperti di rumah siswa. Pada setting formal, pembelajaran terprogram dapat digunakan sebagai dasar metode belajar atau dapat juga digunakan dengan metode pembelajaran yang lain seperti diskusi dan demonstrasi. Penggunaan materi terprogram memungkinkan kita untuk mengganti pemberian salah satu materi dalam panduan, menganalisa hasil belajar dan perkuliahan siswa.
Siswa dalam setting formal biasanya mempunyai seorang guru yang bersedia untuk membantu siswa dalam meninjau ulang materi pelajaran yang telah selesai diajarkan atau mempersiapkan materi yang akan diajarkan. Materi terprogram dapat menjadi “tutor” privat dalam meninjau ulang tujuan atau memperkenalkan mata pelajaran penting dalam sebuah materi. Materi terprogram ini juga digunakan dalam memperbaiki tugas-tugas bagi siswa yang membutuhkan bantuan ekstra atau untuk mengakselerasikan siswa yang berkualitas tinggi.[2]
Disini dapat dilihat bahwa materi terprogram akan mungkin menjadi efektif jika :
·         Menyajikan sebuah unit pelajaran bagi siswa di dalam kelas.
·         Melengkapi pembelajaran siswa yang punya kesulitan atau untuk siswa akselerasi.
·         Menyajikan materi yang “ketinggalan” bagi siswa yang terlambat masuk atau yang absen.
·         Menyajikan sebuah pengertian penawaran “materi pelajaran tambahan” atau tugas untuk di rumah.
·         Memotivasi siswa khususnya dalam minat, kemampuan belajar melalui pemahaman ini.

3.         Kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran terprogram
a.    Kelebihan
·      Program dapat berjalan sendiri, sehingga memungkinkan bagi setiap siswa untuk terus maju melalui urutan kerangka yang sesuai dengan kecepatan siswa masing-masing.
·      Guru dibebaskan dari rutinitas dan penguasaan latihan tugas-tugas dalam aktifitas kreatif dan interpersonal guru dengan siswanya.
·      Program dapat digunakan untuk mengajarkan berbagai keterampilan.
·      Materi terprogram adalah sangat efisien sehingga hal yang bertele-tele harus dihilangkan, dan hanya informasi yang penting dalam mencapai tujuan yang diutamakan.
·      Informasi yang disajikan diatur dan diurutkan secara individual.
·      Program berdasarkan pada teori-teori yang dapat diterima oleh para pendidik dan para psikolog.
·      Penguasaan materi, siswa, suatu orientasi dan motivasi dapat mempelajari secara bebas baik dalam setting pendidikan formal maupun non formal.
·      Guru tunggal dapat memantau dan membantu siswa secara individual yang sedang mengerjakan berbagai program dalam beberapa waktu.
·      Belajar lebih berkualitas bagi semua siswa karena kemajuan secara individu terkontrol dengan baik.
·      Kesalahan rata-rata relative rendah karena sebahagian besar materi terprogram adalah sebuah alat motivasional yang berguna khususnya bagi siswa yang lambat.
b.   Kekurangan
·      Materi dalam pembelajaran terprogram tidak dapat dipakai oleh guru apabila tidak dilatih atau fasilitas pendidikan atau fasilitas yang baik.
·      Program tidak dapat memecahkan masalah pendidikan karena ruangan kelas yang terlalu padat dalam pembelajaran terprogram.
·      Program tidak dapat digunakan dengan sukses dalam ruang kelas kalau masih ada gab antara guru dengan siswa.
·      Pembelajaran yang efektif tidak dapat diberikan kecuali jika materi dipersiapkan dan diuji dengan baik.
·      Beberapa orang siswa akan menjadi bosan setelah bekerja dengan materi terprogram selama jangka waktu yang relative lama.
·      Masalah administrative seperti penjadwalan mungkin akan timbul ketika siswa menggunakan materi terprogram dan menyelesaikan pada waktu yang berbeda dari yang telah dijadwalkan dalam pelatihan pengurutan seperti sebuah pengaruh kelompok.
·      Pendidik yang menggunakan materi terprogram dalam seting belajar harus dilatih dalam menggunakan materi dan dalam manajemen kelas.
·      Pemilihan materi yang berkualitas yang akan sesuai dengan kurikulum adalah pekerjaan yang sukar.
·      Biaya-biaya yang dilibatkan dalam memperoleh materi terprogram, penyiapan guru untuk menyiapkan materi dan untuk mengevaluasi materi.
·      Jumlah program berkualitas yang disajikan sangat terbatas dalam beberapa wilayah dan isi yang meliputi wilayah program terbatas pada pendidikan kejuruan.

B.       Metode pembelajaran studi kasus
Studi kasus pertama kali diperkenalkan oleh Harvard Business School. Pada 1920-an, Harvard pun menahbiskan studi kasus sebagai metode pembelajaran di sekolah bergengsi tersebut.
Metode ini mengajarkan mahasiswa berpikir induktif dengan meneliti kasus per kasus, untuk kemudian menarik kesimpulan dan membuat teori atas kasus-kasus tersebut.
"Studi kasus menjadi solusi atas kelemahan metode kuliah klasikal yang umumnya deduktif dan hanya mengajarkan teori secara abstrak. Akibatnya, ketika di dunia nyata, mahasiswa kesulitan menerapkan teori yang paling tepat untuk menyelesaikan masalahnya," papar Hadi.[3]

Kekuatan dan Kelemahan Studi Kasus
1.    Kelebihan
a.    Fleksibilitas.
Pendekatan studi kasus biasanya lebih fleksibel karena disainnya memang ditujukan untuk mengeksplorasi suatu permasalahan. Berbeda dengan pendekatan yang didisain dengan keinginan untuk menguji suatu teori atau hipotesa, dengan sifat eksploratif studi kasus, memungkinkan si peneliti untuk lebih fleksibel menyesuaikan arah penelitiannya sesuai dengan perkembangan kegiatan penelitiannya. Tambahan pula, karena formatnya yang lebih longkar, hal ini memungkinkan peneliti untuk memulai penelitiannya dengan issu-issu atau pertanyaan umum kemudian mengerucut kepada persoalan-persoalan khusus bersamaan dengan perjalanan pelaksanaan penelitiannya itu sendiri.
b.    Penekanan pada pemahaman konteks.
Usaha mencari tahu melalui studi kasus pendalaman pemahaman mengenai persoalan atau kelompok orang tertentu. Ini mengarahkan pada terkumpulkanya informasi yang rinci atau detail tentang persoalan atau kelompok orang yang menjadi focus kajian. Luaran dari studi seperti ini adalah apa yang disebut thick description yakni deskripsi mendalam tentang suatu persoalan atau kelompok orang dan segala konteks terkait permasalahan atau kelompok orang tersebut.
2.    kelemahan
a.    Studi kasus seringkali dipandang kurang ilmiah atau pseudo-scientific karena pengukurannya bersifat subjectif atau tidak bisa dikuantifisir. Dalam hal ini, kritik ini juga mempertanyakan validitas dari hasil penelitian studi kasus.
b.    Karena masalah interpretasi subjektif pada pengumpulan dan analisa data studi kasus, maka mengerjakan pekerjaan ini relative lebih sulit dari penelitian kuantitatif.
c.    Masalah generalisasi. Karena skupa penelitian baik issu maupun jumlah orang yang menjadi target kajian studi kasus sangat kecil, kemampuan generalisasi dari temuan pada studi kasus adalah rendah.
d.   Karena lebih bersifat deskriftif, studi kasus juga dianggap kurang memberi sumbangan pada persoalan-persoalan praktis mengatasi suatu masalah.
e.    Biaya penyelenggaraan yang relative mahal. Karena kedalaman ibformasi yang digali pada studi kasus, maka luangan waktu dan fikiran untuk mengerjakan studi kasus jauh lebih banyak daripada studi dengan skala yang besar, tetapi hanya melingkupi data yang terbatas. Untuk hal ini, sebagian orang menganggap bahwa studi kasus lebih mahal dari pada penelitian-penelitian kuantitatif.
f.     Karena fleksibilitas disain studi kasus, ini memungkinkan peneliti untuk beralih focus studi ke rah yang tidak seharusnya. [4]
C.      Metode Pembelajaran Insiden
Kelebihan metode ini adalah :
1.         Bentuk metode yang menitik beratkan kepada aktifitas siswa untk dapat brfikir aktif dan dinamis dalam menghadapi permasalahan terhadap tugas yang diberikan oleh guru.
2.         Siswa belajar menyusun dan mendalami permasalahan lebih dahulu sebelum dicari pemecahannya,/jwbanx agar guru agar mempersiapkan jawabannya.[5]

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.        Pembelajaran yang terprogram merupakan salah satu dari beberapa metode pembelajaran yang disajikan oleh guru untuk mencapai suatu tujuan khusus dalam pembelajaran. Metode ini mengajarkan mahasiswa berpikir induktif dengan meneliti kasus per kasus, untuk kemudian menarik kesimpulan dan membuat teori atas kasus-kasus tersebut.
2.        Salah satu kelebihan pembelajaran terprogram adalah program dapat digunakan untuk mengajarkan berbagai keterampilan sedangkan salah satu kelemahannya adalah Pembelajaran yang efektif tidak dapat diberikan kecuali jika materi dipersiapkan dan diuji dengan baik, salah satu kelebihan pembelajaran studi kasus adalah fleksibilitas sedangkan salah satu kelemahannya adalah Masalah generalisasi. Karena skupa penelitian baik issu maupun jumlah orang yang menjadi target kajian studi kasus sangat kecil, kemampuan generalisasi dari temuan pada studi kasus adalah rendah, dan adapun salah satu kelebihan pembelajaran insiden adalah Bentuk metode yang menitik beratkan kepada aktifitas siswa untk dapat brfikir aktif dan dinamis dalam menghadapi permasalahan terhadap tugas yang diberikan oleh guru.


DAFTAR PUSTAKA
Gulo ,W . 2002 . Strategi Belajar Mengajar . Jakarta : Grasindo.
Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Karo – Karo, Ulihbukit . 1981 .Metodologi Pengajaran.Salatiga:CV Saudara.
N.K. Roestiyah. 1991 . Strategi Belajar Mengajar . Jakarta : Rineka Cipta
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media Prenada
Yamin, Martinis.2003.Metode Pembelajaran yang Berhasil. Jakarta:Sasana Mitra Suksesa.


[1] http://anidalti.blogspot.com/2009/06/pembelajaran-terprogram.html
[2] opcit
[3] pengajar pada Bina Nusantara Business School (BBS) Hadi Satyagraha di BBS, Jakarta, Rabu (27/10/2010).
[5] http://www.scribd.com/doc/54320267/2/METODE-INSIDEN-12-METODE-INSIDEN



sumber http://semesterku.blogspot.com

makalah manajemen peserta didik


MANAJEMEN PESERTA DIDIK / KESISWAAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Manajemen adalah suatu metode atau tekhnik untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut James A.F. Stonner manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan.[1]
Kata manajemen mungkin bukan lagi kata yang asing bagi kita, sebab hampir di setiap kegiatan keseharian kita perlu yang namanya manajemen baik itu disadari atau tidak disadari.
Hampir semua kegiatan sehari-hari kita perlu yang namanya manajemen karena tanpa manajemen yang baik maka bisa dipastikan kegiatan yang kita lakukan tersebut akan berantakan, hal tersebut terlihat dari luasnya cakupan disiplin ilmu manajemen misalnya saja manajemen bisnis, manajemen keuangan, manajemen rumah tangga dan lain-lain.
Salah satu hal yang membutuhkan sentuhan manajemen agar bisa berjalan dengan baik dan tujuannya dapat tercapai adalah sekolah, sebab sekolah merupakan salah satu lembaga yang mengemban tugas untuk menghasilkan generasi muda penerus bangsa yang berkualitas, cerdas, beriman dan bertanggung jawab.
Banyak hal yang perlu dimanage dalam lingkungan sekolah, diantaranya tenaga pengajar, administrasi keuangan, , gedung, alat perlengkapan sekolah, pegawai sekolah, kurikulum dan lain-lain.
Yang tidak kalah pentingnya untuk di manage dengan baik dalam lingkungan sekolah adalah siswa/peserta didik, yang merupakan salah satu komponen utama kegiatan pendidikan di sekolah. Apalagi di era persaingan antara lembaga pendidikan yang semakin ketat saat ini, sekolah harus berjuang bersungguh-sungguh untuk memanage siswa/peserta didiknya  agar tidak mati karena tidak memiliki siswa/peserta didik.
Oleh karena itulah sudah selayaknya peserta didik di manage dan dihargai martabatnya tidak jauh berbeda dengan pembeli/konsumen dalam dunia usaha.
B.  Rumusan Masalah
1.    Apa itu manajemen peserta didik ?
2.    Apa tujuan dan fungsi manajemen peserta didik ?
3.    Bagaimana prinsip-prinsip manajemen peserta didik ?

C.  Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui manajemen peserta didik
2.    Untuk mengetahui tujuan dan fungsi manajemen peserta didik
3.    Untuk mengetahui prinsip-prinsip menajemen pesrta didik

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Manajemen Peserta Didik
MenurutUndang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 4 tentangsistem pendidikan nasional peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.[2]
Pada taman kanak – kanak, menurut ketentuan Pasal 1 Peraturan Pmerintah RRI Nomor 27 Tahun 1990, disebut dengan anak didik. Sedangkan pendidikan dasar dan menengah, menurut ketentuan Pasal 1 Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 dan Nomor 29 Tahun 1990 disebut dengan siswa. Sementara pada perguruan tinggi, menurut ketentuan Peraturan Pemerintah RI Nomor 30 Tahun 1990 disebut mahasiswa.[3]
Peserta didik juga mempunyai sebutan - sebutan lain seperti murid, subjek didik, anak didik, pembelajar, dan sebagainya.
Syamsul nizar mendeskripsikan  enam kriteria peserta didik, yaitu :
  1. peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki dunianya sendiri
  2. peserta didik memiliki periodasi perkembangan dan pertumbuhan
  3. peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
  4. peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani, unsur jasmani memiliki daya fisik, dan unsur rohani memiliki daya akal hati nurani dan nafsu
  5. peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis.[4]
Manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah.  Knezevich (1961) mengartikan manajemen peserta didik atau pupil personnel administration sebagai suatu layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah.
B.  Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik
Tujuan umum manajemen peserta didik adalah: mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses belajar mengajar di sekolah; lebih lanjut, proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Tujuan khusus manajemen peserta didik adalah sebagai berikut:
  1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor peserta didik.
  2. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat dan minat peserta didik.
  3. Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik.
  4. Dengan terpenuhinya 1, 2, dan 3 di atas diharapkan peserta didik dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat belajar dengan baik dan tercapai cita-cita mereka.
Fungsi manajemen peserta didik secara umum adalah: sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosialnya, segi aspirasinya, segi kebutuhannya dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.
Fungsi manajemen peserta didik secara khusus dirumuskan sebagai berikut:
1.    Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik, ialah agar mereka dapat mengembangkan potensi-potensi individualitasnya tanpa banyak terhambat. Potensi-potensi bawaan tersebut meliputi: kemampuan umum (kecerdasan), kemampuan khusus (bakat), dan kemampuan lainnya.
2.    Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik ialah agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan sebayanya, dengan orang tua dan keluarganya, dengan lingkungan sosial sekolahnya dan lingkungan sosial masyarakatnya. Fungsi ini berkaitan dengan hakekat peserta didik sebagai makhluk sosial.
3.    Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta didik, ialah agar peserta didik tersalur hobi, kesenangan dan minatnya. Hobi, kesenangan dan minat peserta didik demikian patut disalurkan, oleh karena ia juga dapat menunjang terhadap perkembangan diri peserta didik secara keseluruhan.
4.    Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan peserta didik ialah agar peserta didik sejahtera dalam hidupnya. Kesejahteraan demikian sangat penting karena dengan demikian ia akan juga turut memikirkan kesejahteraan sebayanya.
C. Prinsip-Prinsip Manajemen Peserta Didik
Yang dimaksudkan dengan prinsip adalah sesuatu yang harus dipedomani dalam melaksanakan tugas. Jika sesuatu tersebut sudah tidak dipedomani lagi, maka akan tinggal sebagai suatu prinsip. Prinsip manajemen peserta didik mengandung arti bahwa dalam rangka memanaj peserta didik, prinsip-prinsip yang disebutkan di bawah ini haruslah selalu dipegang dan dipedomani. Adapun prinsip-prinsip manajemen peserta didik tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Manajemen peserta didik dipandang sebagai bagian dari keseluruhan manajemen sekolah. Oleh karena itu, ia harus mempunyai tujuan yang sama dan atau mendukung terhadap tujuan manajemen secara keseluruhan. Ambisi sektoral manajemen peserta didikB tetap ditempatkan dalam kerangka manajemen sekolah. Ia tidak boleh ditempatkan di luar sistem manajemen sekolah.
  2. Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik haruslah mengemban misi pendidikan dan dalam rangka mendidik para peserta didik. Segala bentuk kegiatan, baik itu ringan, berat, disukai atau tidak disukai oleh peserta didik, haruslah diarahkan untuk mendidik peserta didik dan bukan untuk yang lainnya.
  3. Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik haruslah diupayakan untuk mempersatukan peserta didik yang mempunyai aneka ragam latar belakang dan punya banyak perbedaan. Perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta didik, tidak diarahkan bagi munculnya konflik di antara mereka melainkan justru mempersatukan dan saling memahami dan menghargai.
  4. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang sebagai upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik. Oleh karena membimbing, haruslah terdapat ketersediaan dari pihak yang dibimbing. Ialah peserta didik sendiri. Tidak mungkin pembimbingan demikian akan terlaksana dengan baik manakala terdapat keengganan dari peserta didik sendiri.
  5. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong dan memacu kemandirian peserta didik. Prinsip kemandirian demikian akan bermanfaat bagi peserta didik tidak hanya ketika di sekolah, melainkan juga ketika sudah terjun ke masyarakat. Ini mengandung arti bahwa ketergantungan peserta didik haruslah sedikit demi sedikit dihilangkan melalui kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik.
  6. Apa yang diberikan kepada peserta didik dan yang selalu diupayakan oleh kegiatan manajemen peserta didik haruslah fungsional bagi kehidupan peserta didik baik di sekolah lebih-lebih di masa depan.[5]


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.        Manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah.
2.        Tujuan umum manajemen peserta didik adalah: mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses belajar mengajar di sekolah, Fungsi manajemen peserta didik secara umum adalah: sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosialnya, segi aspirasinya, segi kebutuhannya dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.
3.        Salah satu prinsip manajemen peserta didik adalah Manajemen peserta didik dipandang sebagai bagian dari keseluruhan manajemen sekolah. Oleh karena itu, ia harus mempunyai tujuan yang sama dan atau mendukung terhadap tujuan manajemen secara keseluruhan. Ambisi sektoral manajemen peserta didikB tetap ditempatkan dalam kerangka manajemen sekolah. Ia tidak boleh ditempatkan di luar sistem manajemen sekolah.


DAFTAR PUSTAKA

Durkheim, Emile. 1990. Pendidikan Moral. Jakarta: Erlangga.
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Kalam Mulia. Jakarta. 2006. 
Sunarto, Agung Hartono. 2008.Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryosubroto, B. 2010. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional



[1] http://carapedia.com/pengertian_definisi_manajemen_menurut_para_ahli_info404.html
[3] www.bphn.go.id/data/documents/90pp027.doc
[4] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2006, Hal. 77
[5] http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/02/14/konsep-dasar-manajemen-peserta-didik/